Mbah Maridjan VS Pejabat Negeri


Siapa yang tidak kenal dengan Raden Ngabehi Surakso Hargo atau yang lebih di kenal Mbah Maridjan..? pasti semua orang tahu, klo ga tau ketinggalan informasi.  Namanya melejit bak kacang goreng pada tanggal 15 mei tahun 2006 yang lalu.  Kala itu gunung Merapi meletus yang menyebabkan semua penduduk sekitar lereng Merapi mengungsi ketempat yang dianggap aman.  Disaat semua warga mengungsi  Mbah Maridjan justu mendaki Merapi dengan keyakinan yang dia miliki bahwa Merapi tidak akan meletus.  Aksi heroiknya itu sontak melambungkan namanya di seantero negeri bahkan dunia.  

Berawal dari semua itu sebuah produk terkenal mengontraknya untuk menjadi bintang iklan,jadilah Mbah Maridjan menjadi bintang bersama dengan artis-artis terkenal tanah air.  Foto dan gambar Mbah Maridjan hampir setiap hari nongkrong di televisi dan reklame-reklame di pinggir-pinggir jalan protokol.  Walaupun begitu tidak ada yang berobah dari diri Mbah Maridjan, dia tetaplah seorang Mbah yang low profile dari lereng Merapi.  Hasil dari membintangi iklan dia gunakan untuk membantu warga desanya.
Pada oktober 2010 ini kembali Merapi menggeliat dan bangun dari tidur pendeknya, seakan tidak mau berhenti mengusik warga lereng Merapi kembali menghembuskan lava pijarnya serta awan panas ratusan derajat celcius.  Peristiwa letusan Merapi kali ini ternyata jauh berbeda dengan letusan 2006 yang lalu.  Pada waktu peristiwa ini terjadi saya bertanya-tanya kemanakah gerangan Mbah Maridjan? ternyata dia ada tidak kemana-mana.  Seakan telah menyatu dengan Merapi,  Mbah Maridjan tidak mau beranjak ketika perintah mengungsi ketempat yang di dengungkan oleh badan Vulkanologi. 


Mbah Maridjan mengatakan akan menjaga Merapi apapun yang terjadi, hal ini sebagai suatu bentuk kesetiaannya kepada tugas dan tanggung jawabnya sebagai juru kunci Gunung Merapi yang di amanahkan oleh Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX tahun 1982 silam. 


Pada tanggal 26 oktober yang lalu Merapi pun mengeluarkan awan panasnya dengan begitu hebat, saat yang sama Mbah Maridjan berdoa dan menyerahkan Merapi ketangan yang Maha Kuasa, namun saat yang sama pula Mbah Maridjan tewas terbakar oleh awan panas dalam posisi sujud memohon pertolongan yang maha kuasa.  Kemudian Mbah Maridjan atau Mas Penewu Surakso Hargo (83)di makamkandi lokasi pemakaman Dusun Srunen Glagaharjo Cangkringan Sleman, Kamis (28/10),di ikuti oleh ribuan manusia untuk menghantarkan jenazahnya ketempat peristirahatannya.  Suasana pemakaman Mbah Maridjan laiknya seorang pejabat tinggi. Ratusan karangan bunga menghiasi makam. Begitu juga ribuan pelayat yang tidak hanya terbatas pada kerabat almarhum, tetapi juga pejabat, politisi, mantan menteri juga dari kalangan artis. Prosesi pemakaman Mbah Maridjan juga terkesan mrebawani. Tampak diantara ribuan pelayat Bupati Sleman H Sri Purnomo, Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketua DPD Partai Demokrat DIY GBPH Prabukusumo yang juga adik kandung Gubernur DIY, GKR Pembayun dan dari kalangan artis Dony Kusuma dan Cak Dikin.

Walau banyak orang menganggap kematian Mbah Maridjan sebagai tindakan yang konyol, bagi saya tidak demikian.  Kematiannya sebagai suatu bentuk tanggung jawab atas amanah yang diberikan kepadanya, berani mati demi tugas walau nyawa taruhannya.  Oleh sebab itu apapun itu, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kehidupan Mbah Maridjan yang bisa kita contoh khususnya para pejabat-pejabat negeri ini..
  • Mbah maridjan setia kepada Tugasnya sebagai juru kunci Merapi, dan itu sebagai amanah yang harus di junjung tinggi.  Bandingkan dengan para pejabat negeri ini (walau tidak semua) Tugas dan tanggung jawab bagi mereka hanya sebagai sebuah mainan.
  • Mbah Maridjan ketika ada masalah dia merasa orang yang paling bertanggung jawab sehingga dia tetap tinggal dan berdoa.  Bandingkan dengan pejabat negeri ini (walau tidak semua) kalau ada masalah lari dari tanggung jawab dan berlomba-lomba mencari kambing hitam dan sibuk mencari alasan pembenaran diri.
  • Mbah Maridjan ketika mendapat rejeki dari iklan, tidak dimakan sendiri tapi  dibagikan untuk kesejahteraan warga desanya.  Bandingkan dengan Pejabat negeri ini (walau tidak semua) yang berlomba-lomba untuk memperkaya diri sendiri lewat korupsi, penyelewengan jabatan dan wewenang, menindas, dan maunya gemuk sendiri.
  • Keberanian Mbah Maridjan menghadapi resiko walau dia tahu itu sangat berbahaya.  Bandingkan dengan Pejabat-pejabat negeri ini (walau tidak semua) yang terkesan takut menghadapi resiko dan cenderung mencari zona aman.
Semoga pengalaman dan kehidupan Mbah Maridjan dapat menjadi contoh bagi siapa saja, yang mau memiliki kehidupan yang bersahaja.  Selamat jalan Mbah Maridjan semoga Gunung Merapi segera menghentikan aksi-aksi mautnya dan warga kembali pulang membangun rumah-rumah yang sudah hancur berantakan, hidup normal bersama keluarga.  Doa dan Harapan kita bersama.



bangdepan



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

Artikel Sering di baca